"Kurasa sebaiknya kau tidak perlu tahu tentang dia. Percayalah, kurasa betul-betul jangan."
Andin, istriku, menatap wajahku dengan heran. Ponselku masih ada di genggamannya.
Sumber indonesiarayanews
"Memangnya kenapa?", tanyanya. Aku diam berpikir. "Dia berbahaya. Boleh kuminta ponselku?", jawabku.
Tanganku terulur meminta. Andin memindahkan ponsel dari tangannya ke tanganku diiringi tatapan penuh tanda tanya. Ia tampak sangat ingin berdiskusi tentang pesan yang baru saja masuk ke ponselku. Tapi ia kalah cepat. Cup! "Terima kasih, Sayang." Sebuah kecupan manis di pipi pasti akan mampu mengusir keraguannya.
Kubuka WhatsApp-ku dan segera kuhapus pesan dari kawan lamaku itu. Ia berlidah ular. Ia piawai sekali mengubah cara berpikir lawan bicaranya. Ini berbahaya! Tak kan kubiarkan dia menyihirku atau istriku. Pilihanku sudah bulat: memilih calon presiden idamanku walau apapun yang dikatakan orang!
-Selesai-
Prompt #54 Rahasia