­

Merahnya Anyir

0 Comments
"Peshawar! Peshawar!" Kata-kata itu terngiang di benak Niar. Langkahnya gontai menyusuri deretan mayat bergelimpangan. Darah tubuh-tubuh kecil itu memerahkan galonan air di kolam. "Peshawar! Peshawar!" Niar menyeret langkahnya yang sesekali menumbuk mayat-mayat mungil, murid-murid Taman Kanak-kanak tempat ia mengajar. Matanya nanar menatap sunyi yang mencekam. Tengah hari yang...

Continue Reading

Tunduk

0 Comments
Gambar dari cerbii.devianart.com Lengkingan gitar elektrik membahana menutup lagu. Teriakan dan tepukan diselingi suitan seakan ingin meruntuhkan ruangan. Aku meletakkan jari telunjuk dan ibu jariku sedikit masuk ke mulutku. "Suiiiit! Suiiiit! Suiiiit!" Dadaku bergemuruh kencang. Lebih kencang dari yang tadi. Darahku mengalir makin cepat. Napasku memburu. Keringat bercucuran....

Continue Reading

Sebuah Saran

0 Comments
Mobil bercat merah itu bergerak menjauh. Aldi mencengkeram lengan Tomo yang berdiri di muka pintu kuat-kuat. "Maaak...!" tangis bocah berumur 2 tahun itu kencang. Tomo makin mengencangkan gendongannya. "Mamakmu sudah pindah jauh. Suatu hari kau akan menyusulnya," parau suara Tomo. Tangis Aldi makin pecah. Bu Puji menyeka air matanya. "Istrimu akan langsung...

Continue Reading

Salah

0 Comments
"Percaya sama saya, deh, Dok. Istri Dokter pasti jadi kelihatan lebih cantik kalau pakai ini."Dokter Addin tertawa kecil. "Iya, saya tahu." Rani tersenyum senang. "Jadi, istri Pak Dokter mau mencobanya?" Dokter Addin mengangguk. "Boleh. Tapi sekarang kamu ikut Bu Ani ke sana dulu, ya." kata Dokter Addin sambil menunjuk...

Continue Reading