hari hari fiksi

Sekian % Fiksi

Diberdayakan oleh Blogger.
"Ini Ibu," Nini menunjuk sosok gadis kecil yang tersenyum ke arah kamera.
"Yang ini?" tanya Andi.
"Ini Bulik Siti. Yang nomor lima."

"Ini Eyang Par?"
"Bukan. Ini Eyang Utik. Ibunya Ibu. Eyang Par yang tadi berfoto sama kita di pelaminan," jawab Nini.
"Setelah Eyang Utik meninggal, Eyang Kakung menikah lagi."

"Iya sih, memang beda raut wajahnya. Eyang Utik galak, ya?"
"Kok tahu?" Nini terheran-heran.
"Di fotonya nggak pernah senyum," jawab Andi.

"Iya sih. Entah kenapa."
"Kukira karena ini," Andi menunjuk beberapa foto.
"Yang ini masih tiga. Lalu lima. Tujuh. Sembilan. Sepuluh anak."

 


"Yang...Yang," suara lembut Sugeng memanggil Harsih.
Harsih mencibir suaminya. "Kau sudah telat 28 tahun, Pak."
Sugeng mengangkat badan dan kepalanya dengan heran.

"Dulu pas manten anyar nggak pernah manggil aku gitu," sedikit sengak Harsih meneruskan perkataannya.
Sugeng tersenyum kecil, lalu membungkuk lagi.
Ia melangkah pelan meninggalkan Harsih. "Satu, dua, satu, dua," ucapnya sambil terkekeh-kekeh.
 
Harsih diam-diam tersenyum melihat tingkah suaminya.

"Hesti...!" suara Sugeng memanggil seseorang.
"Sudah, ya. Kevin ikut Mama sana. Eyang capek ngikutin kamu belajar jalan."
Hesti meraih Kevin.

Harsih muncul mendekat. "Capek, Yang?" tanyanya lembut.
 
Mereka tertawa. "Kau telat lima menit, Bu."



Newer Posts
Older Posts

LET’S BE FRIENDS

Labels

10% fiksi 100% fiksi 25% fiksi 50% fiksi 75% fiksi 90% fiksi FFRabu

recent posts

Blog Archive

  • Mei (2)
  • November (2)
  • September (2)
  • Agustus (2)
  • Juli (1)
  • Mei (4)
  • April (1)
  • Januari (2)
  • Desember (4)
  • November (1)
  • Oktober (1)
  • September (1)
  • Agustus (2)
  • Juli (2)
  • Juni (3)
  • Mei (2)

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates