Demi Kehormatan Anakku

by - Juni 11, 2014

Cengkeh. Di mana cengkehnya? Kubuka satu per satu tutup toples bumbu dapur. Ah, ini dia. Dua bungkus cengkeh. Cukuplah untuk menakuti mereka. Kumasukkan semua cengkeh yang kudapat ke dalam toples plastik kedap udara yang terbuka itu. Beres. Tak lama lagi mereka akan ketakutan dan pergi karena baunya. Tapi, maaf, tak semudah itu mereka bisa pergi.

Kugoreskan kapur putih. Perlahan-lahan dengan kekuatan penuh hingga jelas terlihat jejaknya di lantai. Ujung garisnya bertemu dengan pangkal garis. Beres. Kini kuyakin tak ada lagi yang sanggup lari. Mereka akan terjebak. Lalu mati perlahan-lahan.

Currie, anakku, masih terlihat murung sambil melihat ke luar jendela. Di bawah sana ada Stilla dan Ben, anak tetangga. Merekalah yang membawa mendung di wajah Currie. Kali ini mereka melukai hati anak miskin macam Currie ini dengan es krim dan teddy bear. Huh! Tak adil! Haruskah anakku merasakan kemiskinan ibunya? Aku masih bisa terima kalau orang tua Stilla dan Ben yang kaya raya itu menyakiti hatiku. Tapi tidak anakku!

Sumber okkesepatumerah

Angin berdebu nan pedih menerobos masuk, menyibak tirai jendela yang compang-camping. Currie menyingkir dari jendela. Wajahnya yang pucat bagai tak punya darah makin pucat saja. Rambutnya kemerahan karena kurang gizi. Kemiskinanku telah kuwariskan kepadanya.

Aku beranjak. Kuambil kaos kaki bekas yang masih bagus. Ini untuk bagian terakhirnya. Kakinya. Beberapa gumpalan kapas kumasukkan paksa ke dalamnya. Penuh dan padat. Bagus. Kini jarum dan benang beraksi. Lihat saja, Stilla. Kau rasakan nanti! Bibirku menyunggingkan senyum yang lebih mirip seringai.

#

Currie melihatku tanpa ekspresi. "Bantu Ibu, Nak". Currie menggeser badannya perlahan. Tangannya merengkuh wadah es batu. "Bawa ke sini", perintahku, "Lalu ambilkan garamnya di meja". Currie memberikan yang kuminta. Aku menuang gula yang tak lagi dikerubuti semut.  "Siap, Currie? Putar!". Currie memutar sekuat-kuatnya. "Ingat, Nak, sepuluh menit. Ben dan Stilla akan merasakannya. Ibu selesaikan tusukan terakhir di boneka". Currie mengangguk dalam diam.

#

Currie keluar rumah dengan senyum kemenangan. Ben dan Stilla menatapnya dalam diam. "Kalian pikir aku tak mampu, kan?", ucap Currie dengan nada congkak. Es krim dan boneka mungil ada di genggamannya.

-Selesai-

Monday Flashfiction #53

You May Also Like

11 komentar

  1. ben dan stilla akhirnya mati?

    BalasHapus
  2. enggak mas. pd bengong disombongin ganti sm currie.

    BalasHapus
  3. Pas bagian "kini jarum dan benang beraksi" kukira endingnya semacam santet, ternyata bikin boneka toh?

    BalasHapus
  4. Menurutku, awal cerita ini sudah creepy, suasananya cukup terbangun, sudah berasa serem dan penasaran. Aku berpikir, wahh..Ibunya Gila nih. Tapi sayang, ending-nya begitu ternyata. Sama kayak Diyar, aku kira ending-nya semacam santet atau Voodoo gitu. Hehehe..:)

    BalasHapus
  5. mas Diyar: hik...hik...iya. cuman boneka.

    mb Rizki: mau membunuh gak tega mbak...yg gak tega penulisnya...hehehe

    BalasHapus
  6. iya nih kirain santet atau voodoo gitu pas baca ulang baru ngeh cengkeh ma kapurnya buat ngusir semut

    BalasHapus
  7. mbak WidaAya: brarti pesannya gak lgsg terbaca ya mbak, hihihi...harus bnyk bljaaar

    BalasHapus
  8. Niat awalnya mau bikin mati, ya?

    BalasHapus
  9. aku masih nggak ngerti apa yang dilakukan ibunya Currie. dia bikin boneka? bukankah di awal ada ujaran hatinya yang bilang : "Tak lama lagi mereka akan ketakutan dan pergi karena baunya." Tapi, maaf, tak semudah itu mereka bisa pergi. Di kalimat ini saja aku sudah mengerutkan kening. Mengusir tapi tak dibuat mudah?

    Di awal pula penulis mengisahkan seolah si ibu sedang melakukan ritual voodoo, tapi di akhir malah jadi 'bikin boneka dan es krim?" Tidak baik lho mengecoh pembaca dengan cara menyesatkannya. Beri pembaca petunjuk secukupnya, lalu beri kejutan di akhir.

    Salam :)

    BalasHapus
  10. Aku harus baca bolak-balik, kirain aku yang ga "sampe". Di awal udah serem, kirain bakal menggiring pembaca untuk main2 sama boneka voodoo. Dan apa gunanya cengkeh sama goresan kapur itu? Jadi sebenernya ini si Ibu ngapain sih? Bikin boneka kenapa ada cengkeh dan kapur segala?

    Satu lagi. Ini setting bukan di Indonesia, ya? Namanya ga cocok aja buat orang miskin di Indonesia soalnya. :)

    BalasHapus
  11. mbak Effi: awalnya iya

    mas Attar: pedeees cabenya. makasih banyak mas kritik n sarannya. belajar, belajar n belajar.

    mbak Istiadzah: iya mbak. bukan Indonesia.

    BalasHapus