Tunduk

by - Desember 26, 2014

Gambar dari cerbii.devianart.com

Lengkingan gitar elektrik membahana menutup lagu. Teriakan dan tepukan diselingi suitan seakan ingin meruntuhkan ruangan. Aku meletakkan jari telunjuk dan ibu jariku sedikit masuk ke mulutku. "Suiiiit! Suiiiit! Suiiiit!"

Dadaku bergemuruh kencang. Lebih kencang dari yang tadi. Darahku mengalir makin cepat. Napasku memburu. Keringat bercucuran. "Huh...hah...huh...hah..." Kakiku tak berhenti melonjak-lonjak. Tiba-tiba tanpa sadar kulepas pakaianku dan kuputar-putar di udara untuk sesaat sebelum kulemparkan.

"Huaaaaghghghgh.....!!!" Teriakan membahana dari sang rocker membakar nadiku. Membakar nadi-nadi kami, para penonton yang serempak menjawab teriakan itu dengan lengkingan serupa, bagai rombongan monster di malam gelap. "Huaaaaghghghgh...!!!"

Bau alkohol menyeruak di antara kami. Dentuman drum dan lengkingan gitar elektrik kembali terdengar. Dadaku berdegup makin kencang. Darahku mengalir makin cepat. Makin cepat dan makin cepat.

Musik telah meriangkan penghuni dadaku yang menjadikan aliran darah tubuhku sebagai jalan tol. Melumpuhkan nalarku dan menumpulkan logika bahkan mengendalikan gerakku. Aku menyeringai serupa serigala lapar di malam hari yang menemukan mangsanya. Aku menerkam. Mengoyak diriku. Memenggal derajat kemanusiaanku dan menundukkannya pada iblis.

You May Also Like

0 komentar